Minggu, 13 Oktober 2013

Tugas Softskill

A                              

           


                                     FATOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU KONSUMEN
DALAM MEMBELI /MENGKONSUMSI BUAH LOKAL1)
        Sudiyarto2)  dan
Nuhfil Hanani, 3)


I.  Pendahuluan

Pemasar harus berusaha untuk memahami konsumen, mengetahui apa yang dibutuhkannya, apa seleranya dan bagaimana ia mengambil keputusan.  Sehingga pemasar dapat memproduksi barang dan jasa yang sesuai dengan kebutuhan konsumen.  Pemahaman yang mendalam mengenai konsumen akan memungkinkan pemasar dapat mempengaruhi keputusan konsumen, sehingga mau membeli apa yang ditawarkan oleh pemasar.  Persaingan yang ketat antar merek dan produk menjadikan konsumen memiliki posisi yang semakin kuat dalam posisi tawar-menawar (Sumarwan, 2003). 
Pendekatan komoditas yang berfokus pada self sufficiency harus mulai digeser menjadi pendekatan agribisnis yang sarat dengan penciptaan nilai tambah dan berorientasi pada keuntungan.  Pendekatan kecukupan pangan yang berorientasi pada produksi  pangan hendaknya mulai digeser pada ketahanan pangan yang berorientasi pada ketersediaan dan daya beli masyarakat.  Dengan demikian, pendekatan produksi bukanlah satu-satunya pendekatan yang mampu mencukupi kebutuhan pangan masyarakat (Sa’id, 1999).  Kebutuhan dan selera konsumen akan terpenuhi manakala ketersediaan produk dan daya beli masyarakat juga mampu mengatasinya.
Usaha pemenuhan kebutuhan dan selera konsumen buah-buahan tercermin dengan semakin membanjirnya buah impor baik dari ragam jenis buah maupun volumenya.  Sumarwan (1999), mengemukakan bahwa membanjirnya buah impor pada saat sebelum krisis moneter telah memojokkan buah-buahan lokal., persaingan yang datang dari luar serta kebijakan pemarintah yang kurang kondusif menyebabkan banyak petani yang semakin terpuruk.  Namun krisis moneter menyebabkan buah impor semakin mahal dan semakin berkurang ketersediaannya di pasar.  Sebaliknya pada saat yang sama, buah lokal  semakin banyak tersedia di pasar dengan harga yang bersaing, oleh karenanya krisis moneter seharusnya dapat menjadi momentum yang tepat untuk merencanakan pengembangan buah lokal sebagai komoditas unggulan untuk ekspor maupun konsumsi dalam negeri.
Konsumen merupakan salah satu komponen penting dalam sisem agribisnis.  Menurut Sumarwan (1999), mengemukakan bahwa tumbuhnya sektor agribisnis akan ditentukan oleh seberapa besar permintaan konsumen terhadap produk-produk agribisnis.  Memahami perilaku konsumen buah-buahan merupakan informasi pasar yang sangat penting bagi sektor agribisnis.  Informasi ini diperlukan sebagai bahan masukan untuk  merencanakan produksi, mengembangkan produk dan memasarkan buah-buahan dengan baik.
Faktor-faktor utama yang mempengaruhi perilaku konsumen menurut Kotler (1993) antara lain adalah faktor budaya, faktor sosial, faktor pribadi dan faktor psikologis.  Budaya merupakan salah satu penentu keinginan dan perilaku seseorang yang paling mendasar dan sesungguhnya seluruh masyarakat memiliki stratifikasi sosial dimana kelas sosial menunjukkan pilihan terhadap produk dengan merek yang berbeda-beda.  Keputusan pembelian juga dipengaruhi oleh karakteristik/ciri-ciri pribadinya, terutama yang berpengaruh adalah umur dan tahapan dalam siklus hidup pembeli, pekerjaannya, keadaan ekonominya, gaya hidupnya, pribadi dan konsep jati dirinya.  Pilihan membeli seseorang juga akan dipengaruhi faktor psikologis utama, yaitu : motivasi, persepsi, proses belajar, dan kepercayaan dengan sikap.
Berdasarkan latar belakang, dalam penelitian ini dirumuskan permasalahan sebagai berikut : Faktor-faktor   apa sajakah yang  berpengaruh  terhadap perilaku konsumen dalam mengkonsumsi/ membeli   buah, serta faktor apa sajakah yang dominan berpengaruh ?
Tujuan Penelitian  :
Tujuan penelitian adalah sebagai berikut :
Menganalisis   pengaruh  faktor-faktor   1).  budaya,   2).  lingkungan sosial; 
3).  Individu; 4). psikologis dan; 5).  Strategi pemasaran terhadap   perilaku  konsumen  dalam membeli/ mengkonsumsi buah lokal dan buah impor serta melihat faktor-faktor mana yang dominan.

3.  Perilaku Konsumen Buah  
Engel et al (1993), berpendapat bahwa perilaku konsumen didefinisikan sebagai tindakan yang langsung terlibat dalam mendapatkan, mengkonsumsi, dan menghabiskan produk barang atau jasa termasuk proses keputusan yang mendahului dan mengikuti tindakan ini.  Jadi perilaku konsumen pada hakekatnya adalah semua kegiatan, tindakan serta proses psikologis yang mendorong tindakan tersebut pada saat sebelum membeli, ketika membeli, menggunakan, menghabiskan produk
Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen didalam membeli produk antara lain adalah  faktor budaya, sosial, pribadi (perbedaan individu), psikologis dan strategi pemasaran  (Kotler, 1993 dan Engel et al, 1995). Faktorfaktor tersebut seperti ditunjukkan pada Gambar 1.  berikut ini.   

Gambar 1.  Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen
    (Kotler, 1993 dan Engel dkk, 1995)
 Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen tersebut kemudian dijabarkan dalam model yang lebih lengkap dengan masing-masing factor diukur melalui dimensi dan indicator, yang terdiri dari endogenous laten variables dan eksogenous laten variables seperti yang ditunjukkan pada gambar 2 berikut ini.


Gambar 2.  Model Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen Buah Lokal 


4.  Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan studi  perilaku konsumen   buah-buahan  kota Surabaya serta sekaligus menganalisis daya saing buah (lokal terhadap impor) atas dasar  nilai sikap kepercayaan konsumen terhadap masing-masing buah (apel; jeruk dan anggur). Sehingga lokasi penelitian ditentukan secara sengaja, sebaran lokasi penelitian  adalah lokasi tujuan pemasaran  buah dengan sasaran konsumen akhir, yaitu Kota Surabaya. 
 Jumlah responden  sebanyak 140 responden, ditentukan secara accidental yaitu mewawancarai  konsumen buah dengan kriteria : 1). Penggemar (senang) makan buah-buahan; 2). Pembeli rutin buah minimal satu bulan sekali; 3). Mewakili keluarga dan 4). Keluarga memiliki penghasilan.
Metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode survei dengan menggunakan instrumen penelitian:
Analisis Data
Tujuan penelitian ini  dianalisis dengan menggunakan Structural Equation Model (SEM) yang juga dinamakanModel Persamaan Struktural (MPS) dengan menggunakan  piranti lunak (soft ware) AMOS. Tahap-tahap awal  yang perlu ditempuh dalam mengaplikasikan Model Persamaan Struktural menurut Hair et al (1992) adalah sebagai berikut :
                                                                                








5.  Hasil Penelitian 
Hipotesis         yang    diajukan           dalam penelitian         ini         adalah bahwa variable-variabel  1).  Budaya; 2).  Lingkungan Sosial; 3).  Individu; 4). Psikologis Konsumen dan 5). Strategi Pemasaran berpengaruh signifikan positip terhadap perilaku sikap konsumen buah lokal maupun buah impor.
Pengujian hipotesis dilakukan dengan membandingkan nilai probabiltas (p) dikatakan signifikan jika critical ratio (CR) > 1,96 (Ferdinand, 2002).
Berdasarkan hasil analisis dengan SEM yang sudah dimodifikasi indeks 39 kali diperoleh nilai koefisien jalur dan critical ratio pada Tabel 24 berikut ini.
Tabel 1.  Koefisien Jalur dan Critical Ratio Sikap Konsumen Terhadap Buah Lokal

Jalur
Koefisien
Critical Ratio
Keterangan
Hipotesis
Sikap    Budaya
0,544
7,274
Signifikan
diterima
Sikap    
Lingkungan
Sosial
-0,211
-1,171
Tidak Signifikan
ditolak
Sikap    Individu
0,061
0,452
Tidak Signifikan
ditolak
Sikap    




psikologi
konsumen
0,439
3,412
Signifikan
diterima
Sikap    strategi bauran Pemasaran
0,225
1,690
Tidak Signifikan
ditolak

A.     Pengaruh Budaya Terhadap Sikap Konsumen

 Hasil uji hipotesis pada Tabel 24. di atas  ternyata memperlihatkan bahwa dengan nilai critical ratio (CR) 7,274 lebih besar dari 1,96, sehingga dapat dikatakan berpengaruh positip signifikan.  Besarnya nilai pengaruh budaya terhadap sikap kepercayaan konsumen pada atribut buah lokal  adalah sebesar 0,544 atau 54,40 % persen.  
 Budaya yang berpengaruh positip terhadap sikap konsumen menunjukkan bahwa perubahan  ‘tata nilai’; ‘kebiasaan’ dan semakin berkembangnya ‘budaya popular’ dalam mengkonsumsi /membeli buah maka mendorong semakin tinggi sikap konsumen dalam menilai atribut-atribut buah lokal.

B.     Pengaruh Lingkungan Sosial Terhadap Sikap  Konsumen 

 Hasil analisis untuk uji hipotesis pengaruh lingkungan sosial terhadap sikap kepercayaan konsumen menunjukkan bahwa nilai critical ratio (CR) -1,171 lebih kecil dari -1,96, sehingga tidak signifikan. Besarnya nilai pengaruh lingkungan sosial konsumen terhadap sikap kepercayaan konsumen pada atribut buah lokal  adalah sebesar 0,211 atau 21,10 persen.  
 Lingkungan sosial konsumen  yang tidak berpengaruh   signifikan terhadap sikap konsumen menunjukkan bahwa lingkungan sosial konsumen yang terdiri dari 1). status sosial; 2).  Keluarga (anak; suami/istri) dan 3). Kelompok acuan (teman; tetangga dan ahli) tidak mempengaruhi dalam sikap konsumen untuk mengkonsumsi /membeli buah lokal.  Hal ini berarti bahwa konsumen tidak perlu mempertimbangkan status sosialnya dan tidak perlu untuk minta pendapat /pertimbangan kepada anak; suami/ istri; teman; tetangga dan para ahli dalam hal membeli buah, atau dengan kata lain pendapat dan saran keluarga; tetangga dan teman tidak berpengaruh nyata terhadap sikap kepercayaan dalam mengkonsumsi/ membeli buah lokal.

C.     Pengaruh Karakteristik Individu Terhadap Sikap Konsumen

 Faktor karakteristik Individu konsumen yang tidak siknifikan terhadap sikap konsumen menunjukkan bahwa semakin tinggi perkembangan individu konsumen yang terdiri dari 1). Usia; 2). Pendidikan ; 3).  Pekerjaan ; 4). Pendapatan(income) dan 5). Gaya hidup konsumen maka tidak berpengaruh nyata terhadap sikap dalam membeli atau mengkonsumsi buah lokal. 
 Karakteristik individu yang semakin mapan tidak mendorong sikap konsumen  untuk membeli/memilih buah lokal.  Konsumen cenderung meninggalkan buah lokal dan memilih buah impor yang dinilai lebih baik kualitasnya dan bergengsi.
D.     Pengaruh Psikologis Terhadap Sikap Konsumen

 Hasil uji hipotesis ternyata dengan nilai critical ratio (CR) 3,412 lebih besar dari 1,96 sehingga berpengaruh positip signifikan.  Besarnya nilai pengaruh psikologis konsumen terhadap sikap kepercayaan konsumen pada atribut buah lokal  adalah sebesar 0,439 atau 43,90  persen.  
 Psikologis konsumen yang berpengaruh positip terhadap sikap konsumen menunjukkan bahwa semakin tinggi motivasi; persepsi dan pengetahuan dalam hal produk buah lokal maka semakin   semakin tinggi sikap kepercayaan konsumen terhadap atribut-atribut buah lokal.  Secara psikologis konsumen sudah mengenal dan akrab dengan buah-buahan lokal, sehingga kedekatan itu mendorong konsumen untuk bersikap positip terhadap buah lokal.

E.     Pengaruh Strategi Pemasaran Terhadap Sikap Konsumen

 Hasil uji hipotesis tentang pengaruh strategi pemasaran terhadap sikap kepercayaan ternyata menunjukkan bahwa  nilai critical ratio (CR) 1,690 lebih kecil dari 1,96, sehingga tidak signifikan.  Besarnya nilai pengaruh ‘strategi pemasaran’ terhadap sikap kepercayaan konsumen pada atribut buah lokal  adalah sebesar 0,225 atau 22,50 persen.  
 Strategi pemasaran yang tidak berpengaruh positip terhadap sikap konsumen menunjukkan bahwa tidak terdapat upaya-upaya dalam bentuk  : 1). Strategi produk; 2). Strategi harga; dan 3). Strategi distribusi yang berpengaruh nyata terhadap mengkonsumsi /membeli buah maka semakin tinggi sikap konsumen dalam menilai atribut-atribut buah lokal.


KESIMPULAN DAN SARAN


Beberapa kesimpulan yang diperoleh dari hasil penelitian ini adalah :
Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap sikap kepercayaan konsumen dalam membeli buah,   menunjukkan bahwa  :
1.    Perubahan  ‘budaya’  maupun  peningkatan ‘psikologis’ konsumen, dapat meningkatkan secara nyata sikap-kepercayaannya dalam membeli /mengkonsumsi buah lokal.
2.    Konsumen  tidak  perlu mempertimbangkan   ‘Lingkungan  sosial’-nya  dalam membeli buah lokal dan   peningkatan karakteristik ‘individu’ konsumen  tidak menjadikan   sikap kepercayaannya meningkat dalam membeli/ mengkonsumsi buah lokal.
3.    Konsumen  tidak  merasakan  adanya  ‘Strategi pemasaran’  yang  ditempuh perusahaan/ pemasar  yang dapat mendukung meningkatkan
‘sikap-kepercayaan’-nya  dalam membeli /mengkonsumsi buah lokal Saran
1.       Buah lokal perlu diperlakukan sebagai produk yang lebih dihargai  di negeri sendiri.
2.       Daya saing buah lokal agar ditingkatkan melalui : strategi pemasaran dan peningkatan atribut.

DAFTAR PUSTAKA

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 2001.  Sektor Pertanian sebagai Andalan Pembangunan Ekonomi Indonesia.  Buletin Agroekonomi, Volume 1, Nomor 4, Agustus 2001.  Pusat Penelitian dan Pengembangan Pertanian, , Departemen Pertanian, Jakarta.  

Direktorat Jenderal Bina Produksi Hortikultura, 2002.  Strategi Pengembangan
Daya Saing Buah Unggulan Indonesia..  Bagian Proyek Pengembangan Usaha Hortikultura Pusat.  Departemen Pertanian.  Direktorat Jenderal Bina Produksi Hortikultura.  Jakarta.

Engel J.F; Blackwell R. D. dan P.W. Miniard ,  1995.  Perilaku Konsumen.  Translation of Consumer Behafior.  Six Edition.  The Dryden Press,  Chicago.  Diterbitkan Binarupa Aksara Jakarta.

Ferdinand, A., 2002.  Structural Equation Modelinga Dalam Penelitian Manajemen.  Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro.

Hair Jr., Joseph F., Ralph E. Anderson and R.L. Tatham.  1992.  Multivariate Data Analysis.  Third Edition.  Macmillan Publishing Company. New York.

Kotler, P.,  1993.  Manajemen Pemasaran.  Translation of Marketing Management  Analysis, Planning, Implematation, and Control.  Sevent Edition.  Prentice Hall International Inc.  Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

Mangkunegara, AA, Ap., 2002.  Perilaku Konsumen.  Edisi Revisi.  PT. Refika Aditama, Bandung

Mowen, JC. dan M. Minor, 2002.  Perilaku Konsumen.  Edisi Ke-lima.  Alih Bahasa : Lina Salim.  Penerbit erlangga, Jakarta.

Poerwanto, R., Susanto S., dan S. Setyati, H., 2002.  Pengembangan Jeruk Unggulan Indonesia.  Makalah Semiloka Nasional Pengembangan Jeruk Unggulan.  Bogor 10 – 11 2002.

Poerwanto, R.,  2003.  Peran Manajemen Budidaya Tanaman Dalam Peningkatan Ketersediaan dan Mutu Buah-buahan.  Orasi Ilmiah Guru Besar Tetap Ilmu Hortikultura.  Fakultas Pertanian Bogor.  Institut Pertanian Bogor.

Solimun, 2002.  Structural Equation Modeling Lisrel dan Amos.  Fakultas MIPA Universitas Brawijaya, Malang.  Penerbit Universitas Negeri Malang,
_______, 2004.  Pengukuran Variabel dan Pemodelan Statistika.  Aplikasi SEM – AMOS dan Wasol.  Fakultas MIPA & Program Pascasarjana Universitas Brawijaya, Malang. 

Simatupang P., 1990.  Economic Incentives and Competitve Advantage in Livesstocks and Feedstuffs Production : A Methodological Introduction.  Center of Agro Economic Research, Bogor.

Sumarwan, U., 1999.  Mencermati Pasar Agribisnis.  Melalui Analisis Perilaku Konsumsi dan Pembelian Buah-buahan.  Majalah Agribisnis, Manajemen dan Teknologi.  Volume 5-No.3 November 1999.  Magister Manajemen Agribisnis,  Institut Pertanian Bogor (IPB).

___________., 2003.  Perilaku Konsumen, Teori dan Penerapannya Dalam
Pemasaran.  Penerbit Kerja Sama : PT. Ghalia Indonesia dengan MMAInstitut Pertanian Bogor.

Surya, 2004.  Buah Impor Semakin Mendominasi.  Harga di Surabaya Stabil.  15 September 2004. Penerbit Harian Surya Surabaya.


KESIMPULAN DAN SARAN SAYA:
1.      Dilihat dari pengaruh budaya terhadap konsumen
budaya berpengaruh positif  terhadap prilaku konsumen dan dapat meningkatkan sikap kepercayaan konsumen dalam membeli buah local

2.      Pengaruh Lingkungan social terhadap sikap konsumen
pengaruh lingkungan tidaklah berpengaruh terhadap perilaku konsumen dalam membeli buah local,Karena untuk membeli buah local konsumen tidaklah harus melihat terlebih dahulu likungkungan sekitar.

3.      Pengaruh karakteristik individu terhadap sikap konsumen
karakteristik individu terhadap sikap konsumen untuk membeli buah local tidaklah signifikan, karena itu semua tergantung pada diri masing-masing individu atau konsumen untuk membeli buah local

4.      Pengaruh pisikologis terhadap sikap konsumen
pisikologis terhadap konsumen sangat berpengaruh positif terhadap pembelian buah local , untuk itu perlu di tanamkan nilai-nilai positif pada produk buah local agar konsumen termotivasi untuk membeli dan mempercayai buah local

5.      Pengaruh strategi pemasaran terhadap sikap konsumen
Tidak berpengaruh positif dan konsumen merasakan tidak adanya strategi yang di tempuh perusahaan untuk mencapai peningkatan

Saran:
1.Kita sebagai warga Negara, haruslah membudayakan untuk mencintai produk dalam negri
2.dalam hal pemasaran perusahaan atau produsen haruslah memperhatikan stategi pemasaran sehingga konsumen tertarik untuk membeli produk dalam negri.

Nama: Sonny Wicaksono
Kelas :3EA05
NPM  :16211860



Tugas Deskripsikan dirisendiri

Perkenalkan nama saya Sonny Wicaksono Pamuji, nama panggilan saya Sonny, saya lahir pada Tanggal 23 April 1993, saya  lahir di Jakarta.  saya merupakan anak ke dua dari 2 bersaudara, kakak saya lahir 10 tahun sebelum saya. Kami dilahirkan dari keluarga yang sederhana dan Alhamdulillah semuanya serba berkecukupan. Ayah saya seorang wiraswata, dan Ibu saya seorang Ibu rumah tangga. Saya mempunya beberapa hoby di antaranya bermain sepak bola, dan suka bermain music.

Pendidikan pertama yang saya mulai di bangku TK, setelah lulus dari TK saya melanjutkan pendidikan saya ke sekolah dasar (SD), tepatnya di SDN 14 pagi. Di SD saya mempunyai prestasi yang tidak begitu baik dalam bidang pendidikan, tetapi saya mempunyai prestasi di bidang olahraga, yaitu pernah menjuarai turnamen sepakbola antar sekolah dasar (SD), lulus dari  sekolah dasar(SD) saya melanjutkan pendidikan saya ke sekolah menengah pertama (SMP) tepatnya di SMPN 242, di SMPN saya memiliki prestasi yang lumayan baik dalam bidang pendidikan, saya pernah di tunjuk menjadi perwakilan sekolah untuk lomba cerdas cermat.

Lulus dengan nilai yang cukup memuaskan saya meneruskan pendidikan saya ke sekolah menengah akhir (SMA) tepatnya di SMAN 13, di SMAN berhubung sekolah saya sekolah islam, di sana saya lebih banyak di ajarkan pelajaran yang berbau islam dan selebihnya pelajaran umum, di SMAN saya tidak mendapatkan prestasi seperti saya duduk di bangku SD dan SMP, tetapi di SMAN saya sering mengikuti organisasi yang berhubungan dengan sekolah, seperti Osis. Dan lulus dengan nilai yang lumayan memuaskan, sampai akhirnya saya meneruskan pendidikan saya di Universitas Gundarma, demikian deskripsi diri saya.


Selasa, 01 Oktober 2013

Ragam Bahasa Resmi (Formal)

Memanajemeni Proses Kelahiran Produk Baru


Oleh Dr. Pepey Riawati Kurnia*
Produk baru dapat dibedakan sebagai produk yang benar-benar baru (new-to-the-world products), dapat juga merupakan lini produk baru, atau tambahan untuk lini produk yang telah ada sebelumnya, dapat juga merupakan hasil dari proses pengembangan produk yang telah ada, atau produk yang merupakan buah repositioning atau dari cost reduction.
Sungguh tidak sedikit biaya yang dikeluarkan perusahaan ketika melahirkan produk baru. Mimpinya produk tersebut akan membuahkan keuntungan jangka panjang. Namun, pasar sering berkehendak lain, dengan kejamnya pasar menenggelamkan produk tersebut dalam lembah kegagalan.
Pasar yang dinamis dan sulit diprediksi ditengarai sebagai faktor yang membuat perjalanan produk baru tidak semulus yang dibayangkan, sehingga pemahaman yang baik dalam mengelola proses lahirnya produk baru diharapkan dapat memperbesar peluang kesuksesan sebuah produk ketika dilepas di pasar. Berdasarkan riset yang dilakukan oleh pakar manajemen produk baru, Robert G Cooper, menunjukkan bahwa kelemahan pengetahuan, keterampilan, dan kompetensi dalam manajemen pengembangan produk baru menjadi salah satu penyebabnya. Riset lanjutan menyatakan bahwa produk yang superior dan memberikan manfaat yang unik, berbeda dengan produk yang telah ada sebelumnya, serta memberikan nilai tambah bagi pasar, merupakan penggerak kesuksesan sebuah produk baru.
Sebuah pertanyaan yang menggelitik, apakah manajemen produk baru itu seni atau ilmu? Sebenarnya manajemen produk baru merupakan cabang dari ilmu pemasaran yang berkembang pesat sejalan dengan perkembangan inovasi dalam ranah bisnis. Selain ilmu, manajemen produk baru juga bisa disebut seni karena sesekali menggunakan intuisi dan pengalaman pribadi sang manajer. Jadi, manajemen produk baru bisa dikatakan merupakan kombinasi dari ilmu dan seni. Kombinasi keduanya saling melengkapi, dan mendukung keputusan lahirnya produk baru yang dapat diterima oleh pasar.
Pengalaman pribadi penulis sebagai praktisi pemasaran yang bergelut dalam pengembangan produk sering kali harus menghadapi tuntutan agar segera meluncurkan produk baru ke pasar, tentunya agar tampil sebagai yang pertama masuk ke pasar.  Untuk mempercepat produk masuk ke pasar, akhirnya mengorbankan banyak tahapan proses pengembangan produk yang seharusnya dilakukan. Tidak dipungkiri lagi, dalam kondisi seperti ini intuisi sang pemilik perusahaan memegang peran penting, sehingga produk baru bisa segera diluncurkan, ironisnya karena mengejar lebih cepat ada di pasar, mengakibatkan tidak adanya perhitungan yang matang yang biasanya berujung pada kegagalan.
Mengapa terjadi kecenderungan ini? Seperti yang diungkapkan McDonough III & Barczak, 1991; Kessler & Chakrabarti, 1996: “ speed kills the competition”. Percepatan pengembangan produk bisa menurunkan biaya inventory dari finished goods dan meningkatkan pangsa pasar. Namun, kita perlu berhati-hati, ada lima tipe hidden costs jika pengembangan produk tidak dilakukan dengan benar (Crawford, 1992). Lima tipe tersebut adalah rendahnya profit, kesalahan akan banyak terjadi, meningkatkan biaya sumberdaya manusia, terjadi inefisiensi karena dibawah tekanan waktu, dan kerusakan sumberdaya pendukung perusahaan yang kompleks. Oleh karenanya, memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam pengembangan produk adalah sebuah keniscayaan.
Tidak banyak institusi di Indonesia yang mengajarkan pengetahuan dan keterampilan seputar pengembangan produk. Untuk tingkat global saat ini ada asosiasi yang berdedikasi untuk memfasilitasi pengembangan produk terhadap pemerhati, praktisi maupun akademisi pemasaran yakni Product Development Management Association (PDMA) yang bermarkas di Amerika Serikat (www.pdma.org). PDMA sendiri telah berpengalaman selama lebih dari 30 tahun dalam proses pengembangan pengetahuan dan menyelenggrakan program sertifikasi internasional pengembangan produk baru. Saat ini PPM Manajemen telah menjadi  mitra PDMA.
Pertanyaan selanjutnya, lalu siapa yang seharusnya memiliki pengetahuan dan keterampilan tentang  manajemen pengembangan produk? Menilik struktur fungsional dalam organisasi di perusahaan, tentu mereka yang memgang peran sebagai Manajer Produk, Manajer Pemasaran dan Manajer Penelitian dan Pengembangan (Research and Development), adalah mereka yang seharusnya memiliki pengetahuan dan keterampilan memanajemeni proses lahirnya produk baru.
Penulis memandang sudah saatnya semua fungsi dalam perusahaan di Indonesia memahami secara benar proses pengembangan produk sehingga memiliki daya saing termasuk dengan produk impor. Hal ini perlu dilakukan apabila kita menghadapi Komunitas Ekonomi ASEAN 2015 dan Kerja Sama Ekonomi Regional Terpadu (Regional Comprehensive Economic Partnership) yang sudah di depan mata.prk/ndi/XII/12


- See more at: http://ppm-manajemen.ac.id/memanajemeni-proses-kelahiran-produk-baru/#sthash.ilSbDqsl.dpuf


Ragam Bahasa Tidak Resmi (Non Formal)

Artikel Sumber Daya Manusia Mengenai Wirausaha Perencanaan Perekrutan Tenaga Kerja
Apa yang dimaksud dengan wirausaha itu?
Definisi dari,Wirausaha adalah dimana orang yang siap mengambil resiko dengan jalan membeli barang saat ini kemudian  menjualnya kembali dengan harga yang tidak sama pada saat membeli barang pada awal membeli
Dalam bidang perdagangan setiap wirausahawan pasti memerlukan perencanaan kerja dan perekrutan tenaga kerja. Mengapa demikian? Hal tersebut digunakan agar perusahaan yang dibuat dapat dikembangkan dengan baik. Wirausahawan harus memiliki perencanaan dan perekrutan tenaga kerja. Terutama bagi mahasiswa yang mau merintis sebagai wirausahawan
Berikut alur perencanaan  dan perekrutan tenaga kerja :
Membuat jangka waktu kontrak kerja dengan karyawan tetap dengan karwanan non-tetap. Ini sangat penting, karena sebelum menjadi karyawan tetap, maka wirausahawan harus memberikan pelatihan-pelatihan khusus, agar  tidak merugikan perusahaan.
Prosedur perekrutan yang mampu memberikan informasi mengenai pelamar yang memiliki potensi dan kemampuan yang sesuai dengan kriteria yang diinginkan oleh perusahaan.
Menyimpan dan menangani data pelamar yang tidak sesuai untuk suatu lowongan pekerjaan pada saat tertentu, namun memungkinkan untuk ditempatkan pada lowongan pekerjaan lainnya di masa yang akan datang.
Alur Proses wirausaha perusahaan
Proses-proses yang terdapat di sistem Manajemen Perekrutan mulai dari perencanaan kebutuhan tenaga kerja hingga penerimaan karyawan baru adalah sebagai berikut:1. Alur Proses Manajemen Perekrutan
Proses bisnis Manajemen Perekrutan menjelaskan mengenai proses pemenuhan kebutuhan tenaga kerja, mulai dari perencanaan kebutuhan tenaga kerja (man power planning), pendataan dan penyeleksian pelamar hingga penempatan kandidat tersebut ke unit yang membutuhkan.
2. Pendataan pelamar meliputi data pelamar (personal data), data aplikasi (application data), data tambahan/additional data (pendidikan/education, riwayat pekerjaan/work experiences, kualifikasi/qualification, dan lain-lain) hingga penilaian (appraisal) pelamar.
3. Proses-proses dalam recruitment management terdiri atas:
• Perencanaan kebutuhan tenaga kerja untuk suatu periode tertentu.
• Pembuatan lowongan kerja.
• Seleksi pelamar eksternal.
• Perpanjangan kontrak karyawan non-tetap.
• Seleksi pelamar internal.